Jumat, 16 Desember 2011

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN TEKNOLOGI DIMASA YANG AKAN DATANG

Nama : Novita Purnama Sari Simarmata Nim : 409431025 Kelas : Reg-A PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN TEKNOLOGI DIMASA YANG AKAN DATANG Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai. Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia. Teknologi pendidikan yang sangat bagus dan bermanfaat karena dengan adanya teknologi akan membuat para siswa lebih mudah dalam belajar, misalnya dari segi referensi yang diperoleh di Internet jauh lebih banyak dan beragam. Di Indonesia dan diharapkan dengan adanya teknologi dalam bidang pendidikan akan dapat meningkatkan keterampilan siswa/i khususnya dalam ilmu kimianya dan yang paling penting ilmu yang diperoleh langsung dapat digunakan oleh praktisi pendidikan di lapangan. Pembelajaran dengan Media Komputasi Pembelajaran adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkan berfikir sendiri. Berfikir yang baik lebih penting daripada mempunyai cara berfikir yang baik, berarti cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain. Siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum pasti dapat memecahkan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu. Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikapkritis dan mengadakan justifikasi. Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar sendiri. Komputasi sebenarnya dapat diartikan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma. Sedangkan kimia komputasi adalah cabang kimia yang menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul dan perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem-sistem besar (makromolekul seperti protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan, padatan, dan kristal cair), dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Contoh sifat-sifat molekul yang dihitung antara lain struktur (yaitu letak atom-atom penyusunnya), energi dan selisish energi, muatan, momen dipol, kereaktifan, frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya. Simulasi terhadap makromolekul (seperti protein dan asam nukleat) dan sistem besar bisa mencakup kajian konformasi molekul dan perubahannya (mis.proses denaturasi protein), perubahan fasa, serta peramalan sifat-sifat makroskopik (seperti kalor jenis) berdasarkan perilaku di tingkat atom dan molekul. Istilah kimia komputasi kadang-kadang digunakan juga untuk bidang-bidang tumpang tindih antara ilmu komputer dan kimia (Wikipedia). Pada kenyataannya arah pengajaran mapel IPA SMA pada umumnya di Indonesia menuju pada pemaksaan siswa mendapatkan nilai instan (nilai kognitif) yang menjadi indikator keberhasilan guru menyampaikan materi. Hal ini lebih terlihat untuk kelas XII IPA SMA. Hari-hari mereka dijejali dengan soal-soal latihan agar kelak lulus ujian nasional dengan nilai setinggi mungkin. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa nilai kognitif adalah parameter paling mudah untuk mengevaluasi atau melihat keberhasilan guru menyampaikan materi, lebih tepatnya melihat tingat penyerapan oleh siswa terhadap konsep/materi pelajaran yang disampaikan guru. Tetapi untuk jangka panjang sungguh arah ini sangat mengkhawatirkan, salah satu efek dominonya adalah tidak munculnya daya inkuiri pada siswa untuk mengeksplorasi konsep sehingga mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang ada dalam buku dan apa-apa yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Barangkali perlu diatur proporsinya, minimal untuk mengurangi kebengkokan arah ideal pengajaran IPA untuk siswa, untuk siswa kelas X dan XI diberi pengajaran IPA yang mampu menguatkan daya inkuiri siswa sedangkan kelas XII diberi pengajaran IPA untuk mencapai target nilai kognitif yang diinginkan. Cara ini memang sangat menyederhanakan persoalan arah bengkok pendidikan, tetapi paling tidak dapat meluruskan 2/3 ke arah yang lebih baik. Peningkatan daya inkuiri memang tidak bisa lepas dari aktivitas laboratorium atau eksperimen, berarti terbayang dalam kita laboratorium yang lengkap yang berarti ‘dana yang besar’. Suatu hal yang sangat mengerikan untuk ukuran ekonomi Indonesia yang carut-marut adalah memenuhi anggaran pendidikan 20% untuk peningkatan kualitas pendidikan. Tetapi keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak berkreasi dalam variasi metode pengajaran IPA. Banyak metode alternatif yang bisa digunakan sebagai pendamping atau pengganti metode konvensional yang tidak bisa dilepaskan. Sebagai contoh untuk pengajaran mata pelajaran kimia, guru dapat berkreasi dalam variasi metode pengajaran dengan menggunakan software aplikasi kimia yang banyak sekali dan mudah didapatkan melalui jaringan internet. Di sini guru mesti dengan arif mencari dan memakai software aplikasi tersebut sesuai dengan materi pelajaran. Guru menggunakan software-software tertentu untuk materi pelajaran tertentu atau materi-materi pelajaran tertentu menggunakan software-software tertentu. Software yang digunakan misalnya bisa menunjukkan proses perubahan warna, ikatan, perhitunggan dan lain sebagainya. Tentu hal ini akan sangat menarik perhatian siswa sehingga timbul minat untuk belajar kimia. Keuntungan lainnya adalah bagi sekolah yang belum memilki laboratorium dengan adanya software ini tentu akan sangat menolong. Misalnya saja pada saat reaksi yang melibatkan perubahan warna akan Nampak jelas ketika zat yang satu ditambah zat yang lain. Untuk software aplikasi kimia akan dengan mudah didapatkan apabila guru mampu menggunakan sistem operasi linux, khususnya Ubuntu atau Blankon. Di situ telah tersedia software-sofware aplikasi kimia yang sesuai dan dapat digunakan untuk pengajaran. Di sinilah pentingnya guru yang kreatif dan mau mengaktualisasi diri dengan selalu belajar dan mencari metode kreatif alternatif tanpa selalu mengeluh karena tidak ada dana. Software yang mendukung pelajaran kimia ini sangat mudah diperoleh dan juga seorang guru harus belajar teknologi, karena jika seorang guru mempertahankan cara yang lama (konvensional) maka siswa cenderung bosan dengan situasi yang tidak ada perubahan. Kalau hanya dengan mengandalkan software saja pasti tingkat keberhasilan dari proses belajar belum maksimal untuk itu perlu dibuat suatu desain yan menggabungkan antara metode pengajaran, media, dan pendekatan penajaran. Jadi, tugas guru Kimia adalah menciptakan suasana yang sangat kondusif sehingga proses Belajar- mengajar berjalan dengan baik (proses dan hasil belajar) maksimal. Peningkatan teknologi pendidikan sebagai ilmu dan profesi ditentukan oleh kawasan dan bidang garapan. Teori berfungsi sebagai pemandu jalur arah perkembangan teknologi pendidikan agar benar. Bidang garapan mengembangkan, menerapkan, membuktikan, dan memperbaiki teori berdasarkan masukan dari lapangan." Teknologi Tepat Guna (TTG) sudah ada di semua sekolah di Indonesia "Sekarang", dan guru-guru hanya perlu belajar caranya menggunakan TTG secara efektif, dan bersama PAKEM kita dapat mencapaikan Pendidikan Standar Dunia. Maupun Menggunakan Strategi/Metodologi TTG (Yang Berbasis-Pedagogi) Adalah Cara Terbaik Untuk Mengintegrasikan Semua Macam Teknologi Dalam Pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar