Selasa, 20 Desember 2011

he

Penyelesaian Soal Ujian Final P3KIM Created by Dra. Gulmah Sugiharti, M.Pd Wednesday, June 16, 2010 4:56:24 PM UJIAN MATA KULIAH PENGEMBAGAN PENGAJARAN KIMIA SOAL FINAL SEMESTER BESERTA PENYELESAIANNYA Dosen: Dra. Gulmah Sugiharti, M.Pd 1a. Apakah setiap guru perlu membuat RPP sebelum mengajar? Jelaskan pendapat Anda dan jelaskan minimal 6 unsur yang ada dalam suatu RPP. b. Jelaskan perbedaan pendekatan pembelajaran yang dilakukan Pak Rubi dan Bu Marie! Penyelesaian: 1a. Setiap guru perlu membuat RPP sebelum mengajar, agar apa yang akan dilakukan oleh guru selama kegiatan proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian maka proses pendidikan harus direncanakan dengan matang,sehingga dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merupakan salah satu rencana yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran juga harus benar-benar matang agar proses pembelajaran dapat atau mampu mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan nasional dengan berbekal beberapa kompetensi yaitu kompetensi tamatan, kompetensi umum, dan kompetensi dasar. Andaikan saja guru tidak menggunakan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran apa yang akan terjadi dengan kegiatan pembelajaran berlangsung. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Dalam dokumen tersebut tidak hanya berisi kompetensi apa yang akan dicapai tetapi juga memuat secara rinci berapa lama waktu tatap muka dilakukan. Bahkan dirinci pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi dan penjajagan untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakan untuk kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir. Dalam RPP juga tercantum secara jelas alat bantu mengajar apa yang diperlukan dan sumber belajar apa yang digunakan. Demikian pula di dalam RPP juga telah dicantumkan rencana kegiatan penilaian yang merupakan upaya untuk mendapatkan umpan balik keberhasilan guru dalam mengajar. Komponen penyusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu:  Identitas mata pelajaran, meliputi: a. satuan pendidikan, b. kelas, c. semester, d. program studi, e. mata pelajaran atau tema pelajaran, f. jumlah pertemuan.  Standar kompetensi Merupakan kualifikasi kemam puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.  Kompetensi dasar, Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe¬tensi dalam suatu pelajaran.  Indikator pencapaian kompetensi, Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.  Tujuan pembelajaran, Menggambarkan proses dan ha sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.  Materi ajar Memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe tensi.  Alokasi waktu, Ditentukan sesuai dengan keperluan un tuk pencapaian KD dan beban belajar.  Metode pembelajaran, Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.  Kegiatan pembelajaran : a. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpul an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.  Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.  Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom petensi. 1b. Perbedaan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Rubi dan Bu Marie Penyelesaian: No. Pendekatan Pembelajaran Pak Rubi Pendekatan Pembelajaran Bu Marie 1. Tidak menggunakan alokasi RPP sebagai skenario pembelajaran. Menggunakan alokasi RPP sebagai skenario pembelajaran. 2. Tidak mengetahui tujuan apa yang dikuasai oleh peserta didik sebelum sampai pada tujuan akhir (pengetahuan prasyarat). Mengetahui tujuan apa yang dikuasai oleh peserta didik sebelum sampai pada tujuan akhir (pengetahuan prasyarat 3. Kurang memiliki keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan materi pelajaran, membuka pelajaran, dan menutup pelajaran. Memiliki keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan materi pelajaran, membuka pelajaran, dan menutup pelajaran 4. Tidak memiliki keterampilan dalam hal mengadakan variasi metode pembelajaran sehingga peserta didik tidak ikut aktif dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Contoh: metode konvensional Memiliki keterampilan dalam hal mengadakan variasi metode pembelajaran sehingga peserta didik ikut aktif dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Contoh: menggunakan metode ceramah , diskusi informasi, demonstrasi, problem solving, penemuan (inquiry), dan pemberian latihan balikan. 5. Kurang pandai dalam memberikan umpan balik kepada balik siswa Pandai dalam memberikan umpan balik kepada siswa. 6. Kurang pandai menggunakan cara memotivasi yang baik kepada siswa Pandai menggunakan cara memotivasi yang baik kepada siswa. 7. Menulis dan menggunakan TIK berdasarkan daftar isi buku yang telah ada. Menulis TIK terlebih dahulu kemdian menyusun materi ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa pada akhir materi. 2. Pembelajaran kimia pada saat ini menggunakan paradigma konstruktivistik di mana pembelajaran dirancang berpusat pada siswa (student – centered) dan kegiatan mengajar bergeser menjadi pembelajaran siswa. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa. Berikan contoh pada ilustrasi Pak Rubi dan Bu Marie pada proses yang mana terjadi pembelajaran berpusat pada siswa! Penyelesaian: Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan sepasang perspektif , yaitu fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus pada pembelajaran ( pengetahuan yang paling baik tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar. Pembelajaran berpusat pada siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Fokus pada proses. b. Penekanan pada mengetahui bagaimana. c. Siswa bekerja dalam kelompok/tim, secara kolektif dan kolaboratif d. Siswa bekerja secara independen. e. Tujuan belajar dinegosiasikan dengan siswa. f. Penilaian dengan berbagai cara. g. Siswa aktif membangun dan mensintesa pengetahuan dari banyak sumber. h. Kegiatan belajar fleksibel dan tak selalu di dalam kelas. i. Guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan mitra bagi siswa. Guru-guru yang menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa cenderung menciptakan lingkungan pembelajaran dengan ciri-ciri berikut:  Suasana kelas yang hangat. Dalam suasana ini, guru mengijinkan siswa untuk mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai siswa, maka siswa akan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.  Para siswa diminta untuk hanya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat. Guru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh siswa jika mereka mengerjakan apa yang diminta oleh guru.  Para siswa selalu diminta untuk mengerjakan yang terbaik yang mereka dapat lakukan.  Para siswa diminta untuk mengevaluasi pekerjaannya. Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas pekerjaan yang telah dilakukan oleh para siswa agar mereka dapat mengetahui bagaimana kualitas pekerjaannya dapat ditingkatkan serta dapat mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.  Kualitas pekerjaan yang baik selalu menimbulkan perasaan senang. Perasaan senang ini juga merupakan insentif untuk meningkatkan kualitas.  Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah destruktif. Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah dicapai melalui pekerjaan yang merusak misalnya menggunakan narkoba, atau menyakiti hati orang lain, dll. Ilustrasi pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Rubi dan Bu Marie Pembelajaran Pak Rubi Pembelajaran Bu Marie Pak Rubi membuka pelajaran dengan salam kemudian menyampaikan bahwa para siswa akan diajak mempelajari perkembangan konsep redoks tanpa mengetahui pengetahuan prasyarat apa yang harus dimiliki para siswa untuk dapat mengikuti pelajaran. Pak Rubi menjelaskan tahap demi tahap dengan rinci tentang defenisi reaksi redoks menurut pelepasan dan penerimaan oksigen, menurut pelepasan dan penerimaan elektron, serta menurut penurunan dan pertambahan biloks lengkap beserta contohnya. Kemudian Pak Rubi, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk bertanya, namun tidak ada satupun siswa yang bertanya karena semua siswa sibuk mencatat semua penjelasan Pak Rubi yang ada di papan tulis. Pak Rubi menjelaskan semua konsep tersebut sekitar 30 menit. Setelah itu, Pak Rubi meminta siswa mengerjakan latihan soal yang ada dibuku secara individual. Siswa diberikan waktu sekitar 30 menit. Kemudian, Pak Rubi meminta siswa menuliskan jawaban soal di papan tulis secara bergiliran. Jika ada jawaban yang berbeda, Pak Rubi menanyakan kepada siswa, apakah ada yang mempunyai jawaban yang berbeda dengan apa yang ditulis di papan tulis. Karena tidak ada, Pak Rubi menyatakan jawaban siswa tersebut telah benar. Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan menulis jawaban pertanyaan di papan tulis sebanyak 25 menit. Sisanya 5 menit dipakai untuk menyimpulkan pelajaran hari itu dan pembagian tugas PR. Kemudian pelajaran ditutup dengan salam. (Total waktu yang dibutuhkan Pak Rubi adalah sebanyak 90 menit). Sebelum membuka pelajaran, Bu Marie telah menyiapkan RPP sehingga Bu Marie paham betul pengetahuan prasyarat dan keterampilan subordinate yang perlu dimiliki siswa untuk dapat mengikuti pelajaran. Bu Marie memulai pelajaran dengan salam dan menanyakan keadaan siswa. Selannjutnya, Bu Marie mengajak siswa berdiskusi tentang reaksi kimia yang sudah mereka pelajari pada bahasan perubahan kimia dan perubahan fisika. Kemudian Bu Marie menunjukkan contoh reaksi kimia antara asam cuka dan batu kapur. Bu Marie menunjukkan bahwa terbentuknya gelembung yang menandakan terjadinya reaksi kimia dan contoh lain. Kemudian Bu Marie mengajak siswa untuk mempelajari reaksi redoks sebagai salah satu topik bahasan dalam pelajaran kimia dengan contoh pada proses pembusukan kompos. Kemudian Bu Marie membagi siswa ke dalam kelas menjadi 5 kelompok ( 1kelompok = 4 orang secara heterogen). Masing-masing kelompok diberikan tugas membaca materi perkembangan konsep reaksi redoks mulai dari konsep pelepasan dan penerimaan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, dan perubahan bilangan oksidasi. Masing-masing kelompok diberikan beberapa pertanyaan yang harus diselesaikan pada kelompok. Setelah diskusi kelomopok, masing-masing siswa diminta mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan. Setelah presentasi, Bu Marie memberikan penegasan tentang konsep yang dibahas sehingga semua siswa mempunyai pemahaman yang sama. Bu Marie juga menetapkan polling (mengumpulkan pendapat siswa) untuk menetapkan kelompok mana yang terbaik. Bu Marie menghabiskan waktu sekitar 65 menit mulai dari kegiataan pendahuluan dan inti. Bu Marie melakukan test secara individu pada semua siswa untuk masing-masing konsep yang telah mereka pelajari. Kemudian dibahas secara bersama-sama melalui presentasi kelompok. Skor yang diperoleh siswa secara individu dalam kelompok kemudian digabungkan menjadi skor kelompok. Sisa waktu sekitar 5 menit dipakai oleh Bu Marie untuk mengajak siswa menyimpulkan konsep yang dipelajari. ( Total waktu yang dibutuhkan Bu Marie adalah 80 menit). Pembelajaran yang dilakukan oleh Bu Marie merupakan bagian dari pembelajaran yang berpusat ke pada siswa. Karena jika ditelaah lebih dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan Bu Marie mengikuti pola dan ciri-ciri yang disebutkan pada pembelajaran yang berpusat kepaada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan sepasang perspektif , yaitu fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus pada pembelajaran ( pengetahuan yang paling baik tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar. Pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Rubi lebih menekankan pembelajaran yang berpusat kepada guru sendiri. Contohnya, Pak Rubi tidak memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan siswa tidak memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa tidak terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. Seperti, pada saat Pak Rubi menjelaskan materi konsep Reaksi Resoks semua siswa sibuk mencatat apa yang hendak dikatakan gurunya, kemudian pada saat Pak Rubi memberikan soal latihan kepada muridnya dan kemudian meminta kepada para siswa untuk menuliskan ke papan tulis, Pak Rubi memeriksa hasil jawaban mereka hanya dengan bertanya kepada siswa,” Ada yang memiliki jawaban yang berbeda?”, apabila tidak maka jawaban siswa yang ada di papan tulis tersebut dianggap benar tanpa menjelaskan kembali materi tersebut. Pembelajaran yang dilakukan oleh Bu Marie menekankan kepada pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Contohnya dalam kegiatan pembelajaran Bu Marie yang berpusat kepada siswa adalah Bu Marie memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan teman sekelompoknya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. 3. Pada pembelajaran reaksi redoks, guru meminta siswa menjelaskan jenis reaksi redoks dan bukan reaksi redoks. Termasuk reaksi redoks, bukan redoks, atau autoredoks-kah reaksi-reaksi di bawah ini ? Berikan jawaban Anda dengan lengkap beserta reaksi kimianya! a. Fe2O3 (s) + 2 Al (s) -----> Al2O3(s) + 3 Fe (l) Penyelesaian: Fe2O3 (s) + 2 Al (s)----> Al2O3(s) + 3 Fe (l) +3 0 +3 0 Reduktor : Al Hasil Oksidasi : Al2O3 Oksidator : Fe2O3 Hasil Reduksi : Fe Jadi, reaksi di atas merupakan reaksi redoks. i) Fe2O3(s)----> 3 Fe (l) (menunjukkan perubahan biloks, karena biloks unsur Fe berubah dari +3 menjadi 0 sehingga mengalami reduksi). ii) 2 Al (s)----> Al2O3(s) (menunjukkan perubahan biloks, karena biloks unsur Al berubah dari 0 menjadi +3 sehingga mengalami oksidasi). Sehingga reaksi ini merupakan reaksi redoks. b. CaO (s) + 2 HCl (aq)----> CaCl2 (aq) + H2O (g) Penyelesaian: CaO (s) + 2 HCl (aq)---->CaCl2 (aq) + H2O (g)) +2 +1 +2 +1 Reaksi di atas bukan merupakan reaksi redoks karena tiap zat tidak ada yang mengalami baik pertambahan dan penurunan bilangan oksidasi. i) CaO (s) ----> CaCl2 (aq) (tidak menunjukkan perubahan biloks, karena biloks unsur Ca tetap tidak berubah dari +2 menjadi +2) ii) 2 HCl (aq)---> H2O (g) (tidak menunjukkan perubahan biloks, karena biloks unsur H tetap tidak berubah dari +1 menjadi +1). Sehingga reaksi ini, bukan reaksi redoks. c. 3 NO2 (g) + H2O (l)----> 2 HNO3 (aq) + NO (g) Penyelesaian: 3 NO2 (g) + H2O (l)----> 2 HNO3 (aq) + NO (g) +4 +5 +2 Reaksi di atas merupakan reaksi autoredoks (reaksi disproporsionasi) adalah reaksi redoks yang oksidatornya dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jadi, sebagian dari itu mengalami oksidasi, dan sebagian lagi mengalami reduksi. Karena pada reaksi: i) 3 NO2 (g)---->2 HNO3 (aq) ( menunjukkan perubahan bilkos dari +4 menjadi +5 berarti mengalami oksidasi) ii) 3 NO2 (g)----> NO (g) (menunjukkan perubahan biloks dari +4 menjadi +2 berarti mengalami reduksi). Tetapi oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama yaitu NO2. 4. Konsep – konsep kimia banyak yang berhubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Konsep terdiri dari beberapa sub-konsep. (a) Jelaskan apa yang disebut konsep dalam ilmu kimia, berikan 3 contohnya; (b) Buatlah suatu peta konsep tentang materi reaksi Redoks.! Penyelesaian: 4a. Yang disebut konsep dalam ilmu kimia adalah satu gagasan idea (idea yang baru) yang abstrak untuk dijadikan satu dasar dalam membina atau membuat sesuatu perkara(perbuatan / tindakan). Contoh: wait Konsep Mol yang menyatakan massa dengan jumlah partikel zat. Dengan konsep mol, kita dapat menentukan jumlah partikel dengan menimbang massa zat. knockout Konsep Ikatan kimia merupakan gaya yang menahan berkumpulnya atom-atom dalam molekul atau kristal. Pada banyak senyawa sederhana, teori ikatan valensi dan konsep bilangan oksidasi dapat digunakan untuk menduga struktur molekular dan susunannya. Serupa dengan ini, teori-teori dari fisika klasik dapat digunakan untuk menduga banyak dari struktur ionik. Pada senyawa yang lebih kompleks/rumit, seperti kompleks logam, teori ikatan valensi tidak dapat digunakan karena membutuhken pemahaman yang lebih dalam dengan basis mekanika kuantum. p Konsep Sel Volta adalah rangkaian sel yang dapat menghasilkan arus listrik. Dalam sel tersebut terjadi perubahan dari reaksi redoks menghasilkan arus listrik. Pada sel vota energi yang dihasilkan oleh reaksi kimia berupa energi listrik. Reaksi yang berlangsung dalam sel volta adalah reaksi redoks. 4b. Buatlah suatu peta konsep tentang reaksi redoks Penyelesaian: Sebelum membuat peta konsep, tentunya seorang guru harus dapat memperhatikan kompetensi dasar dan bagaimana indikator yang harus dicapai oleh peserta didik pada akhir materi. Standar Kompetensi: Menjelaskan perkembangan konsep reaksi reduksi- oksidasi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. Indikator : up Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. up Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion. up Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. up Memberi nama senyawa menurut IUPAC up Menerapkan konsep larutan elektrolit dan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan (Lumpur aktif). 5. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Bu Marie pada ilustrasi di atas menggunakan metode belajar kooperatif khususnya tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions). Buatlah langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan metode belajar kooperatif tipe STAD! Penyelesaian: Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: smile Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. smile Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. smile Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. smile Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi. smile Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. smile Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut: yikes Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. yikes Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. yikes Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. yikes Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masingmasing individu. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: wizard Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu. wizard Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa. wizard Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. wizard Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai. wizard Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu wizard Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. wizard Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya. * StumbleUpon * reddit * * * Comments LiusHoo_89Liuz89 # Wednesday, June 16, 2010 4:57:36 PM lumayanlah cara penyusunannya><> hehehh LiusHoo_89Liuz89 # Wednesday, June 16, 2010 5:20:30 PM lol Write a comment You must be logged in to write a comment. If you're not a registered member, please sign up. LiusHoo_89 photo Blog search Photos angora.jpg more from this album Friends (2) * yonanda photoyonanda * daymohler photodaymohler Show all friends Latest comments * photo LiusHoo_89 :lol: * photo LiusHoo_89 lumayanlah cara penyusunannya> hehehh December 2011 M T W T F S S November 2011January 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Jumat, 16 Desember 2011

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN TEKNOLOGI DIMASA YANG AKAN DATANG

Nama : Novita Purnama Sari Simarmata Nim : 409431025 Kelas : Reg-A PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN TEKNOLOGI DIMASA YANG AKAN DATANG Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai. Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia. Teknologi pendidikan yang sangat bagus dan bermanfaat karena dengan adanya teknologi akan membuat para siswa lebih mudah dalam belajar, misalnya dari segi referensi yang diperoleh di Internet jauh lebih banyak dan beragam. Di Indonesia dan diharapkan dengan adanya teknologi dalam bidang pendidikan akan dapat meningkatkan keterampilan siswa/i khususnya dalam ilmu kimianya dan yang paling penting ilmu yang diperoleh langsung dapat digunakan oleh praktisi pendidikan di lapangan. Pembelajaran dengan Media Komputasi Pembelajaran adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkan berfikir sendiri. Berfikir yang baik lebih penting daripada mempunyai cara berfikir yang baik, berarti cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain. Siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum pasti dapat memecahkan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu. Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikapkritis dan mengadakan justifikasi. Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar sendiri. Komputasi sebenarnya dapat diartikan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma. Sedangkan kimia komputasi adalah cabang kimia yang menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul dan perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem-sistem besar (makromolekul seperti protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan, padatan, dan kristal cair), dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Contoh sifat-sifat molekul yang dihitung antara lain struktur (yaitu letak atom-atom penyusunnya), energi dan selisish energi, muatan, momen dipol, kereaktifan, frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya. Simulasi terhadap makromolekul (seperti protein dan asam nukleat) dan sistem besar bisa mencakup kajian konformasi molekul dan perubahannya (mis.proses denaturasi protein), perubahan fasa, serta peramalan sifat-sifat makroskopik (seperti kalor jenis) berdasarkan perilaku di tingkat atom dan molekul. Istilah kimia komputasi kadang-kadang digunakan juga untuk bidang-bidang tumpang tindih antara ilmu komputer dan kimia (Wikipedia). Pada kenyataannya arah pengajaran mapel IPA SMA pada umumnya di Indonesia menuju pada pemaksaan siswa mendapatkan nilai instan (nilai kognitif) yang menjadi indikator keberhasilan guru menyampaikan materi. Hal ini lebih terlihat untuk kelas XII IPA SMA. Hari-hari mereka dijejali dengan soal-soal latihan agar kelak lulus ujian nasional dengan nilai setinggi mungkin. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa nilai kognitif adalah parameter paling mudah untuk mengevaluasi atau melihat keberhasilan guru menyampaikan materi, lebih tepatnya melihat tingat penyerapan oleh siswa terhadap konsep/materi pelajaran yang disampaikan guru. Tetapi untuk jangka panjang sungguh arah ini sangat mengkhawatirkan, salah satu efek dominonya adalah tidak munculnya daya inkuiri pada siswa untuk mengeksplorasi konsep sehingga mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang ada dalam buku dan apa-apa yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Barangkali perlu diatur proporsinya, minimal untuk mengurangi kebengkokan arah ideal pengajaran IPA untuk siswa, untuk siswa kelas X dan XI diberi pengajaran IPA yang mampu menguatkan daya inkuiri siswa sedangkan kelas XII diberi pengajaran IPA untuk mencapai target nilai kognitif yang diinginkan. Cara ini memang sangat menyederhanakan persoalan arah bengkok pendidikan, tetapi paling tidak dapat meluruskan 2/3 ke arah yang lebih baik. Peningkatan daya inkuiri memang tidak bisa lepas dari aktivitas laboratorium atau eksperimen, berarti terbayang dalam kita laboratorium yang lengkap yang berarti ‘dana yang besar’. Suatu hal yang sangat mengerikan untuk ukuran ekonomi Indonesia yang carut-marut adalah memenuhi anggaran pendidikan 20% untuk peningkatan kualitas pendidikan. Tetapi keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak berkreasi dalam variasi metode pengajaran IPA. Banyak metode alternatif yang bisa digunakan sebagai pendamping atau pengganti metode konvensional yang tidak bisa dilepaskan. Sebagai contoh untuk pengajaran mata pelajaran kimia, guru dapat berkreasi dalam variasi metode pengajaran dengan menggunakan software aplikasi kimia yang banyak sekali dan mudah didapatkan melalui jaringan internet. Di sini guru mesti dengan arif mencari dan memakai software aplikasi tersebut sesuai dengan materi pelajaran. Guru menggunakan software-software tertentu untuk materi pelajaran tertentu atau materi-materi pelajaran tertentu menggunakan software-software tertentu. Software yang digunakan misalnya bisa menunjukkan proses perubahan warna, ikatan, perhitunggan dan lain sebagainya. Tentu hal ini akan sangat menarik perhatian siswa sehingga timbul minat untuk belajar kimia. Keuntungan lainnya adalah bagi sekolah yang belum memilki laboratorium dengan adanya software ini tentu akan sangat menolong. Misalnya saja pada saat reaksi yang melibatkan perubahan warna akan Nampak jelas ketika zat yang satu ditambah zat yang lain. Untuk software aplikasi kimia akan dengan mudah didapatkan apabila guru mampu menggunakan sistem operasi linux, khususnya Ubuntu atau Blankon. Di situ telah tersedia software-sofware aplikasi kimia yang sesuai dan dapat digunakan untuk pengajaran. Di sinilah pentingnya guru yang kreatif dan mau mengaktualisasi diri dengan selalu belajar dan mencari metode kreatif alternatif tanpa selalu mengeluh karena tidak ada dana. Software yang mendukung pelajaran kimia ini sangat mudah diperoleh dan juga seorang guru harus belajar teknologi, karena jika seorang guru mempertahankan cara yang lama (konvensional) maka siswa cenderung bosan dengan situasi yang tidak ada perubahan. Kalau hanya dengan mengandalkan software saja pasti tingkat keberhasilan dari proses belajar belum maksimal untuk itu perlu dibuat suatu desain yan menggabungkan antara metode pengajaran, media, dan pendekatan penajaran. Jadi, tugas guru Kimia adalah menciptakan suasana yang sangat kondusif sehingga proses Belajar- mengajar berjalan dengan baik (proses dan hasil belajar) maksimal. Peningkatan teknologi pendidikan sebagai ilmu dan profesi ditentukan oleh kawasan dan bidang garapan. Teori berfungsi sebagai pemandu jalur arah perkembangan teknologi pendidikan agar benar. Bidang garapan mengembangkan, menerapkan, membuktikan, dan memperbaiki teori berdasarkan masukan dari lapangan." Teknologi Tepat Guna (TTG) sudah ada di semua sekolah di Indonesia "Sekarang", dan guru-guru hanya perlu belajar caranya menggunakan TTG secara efektif, dan bersama PAKEM kita dapat mencapaikan Pendidikan Standar Dunia. Maupun Menggunakan Strategi/Metodologi TTG (Yang Berbasis-Pedagogi) Adalah Cara Terbaik Untuk Mengintegrasikan Semua Macam Teknologi Dalam Pendidikan.

asimilasi dan akulturas

NAMA: NOVITA PURNAMA SARI SIMARMATA NIM : 409431025 KELAS: PENDIDIKAN A 1. ASIMILASI Asimilasi merupakan proses social yang dalam taraf lanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha- usaha mengurangi perbedaan- perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atu kelompok- kelompok manusia dan juga mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses- proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Asimilasi adalah suatu penyesuaian atau penyelarasan proses sosial dalm taraf lanjutan yang ditandai dengan adanya usaha – usaha yang dilakukan untuk mengurangi perbedaaan yang terdapat pada orang perorangan atau kelompok. Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang asimilasi: • Koentjaraningrat : adanya perbedaan kebudayaan kelompok dan kelompok saling berinteraksi secara langsung dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan kelompok berubah dan menyesuaikan diri. Dalam proses ini terjadi proses identifikasi diri dengan kepentinagn dan tujuan kelompok. Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberikan arah ke satu proses asimilasi antara lain sebagai berikut: 1. Interaksi sosial yang bersifat pendekatan terhadap pihak lain dan berlaku sama bagi pihak lain juga 2. Interaksi sosial yang tidak mengalami halangan atau pembatasan 3. Proses asimilasi dipercepat apabila interaksi sosial bersifat langsung dan primer 4. Frekuensi interaksi sosial yang tinggi dan adanya keseimbangan antara pola – pola asimilasi tersebut Cepat atau lambatnya perwujudaan asimilasi pada perorangan atau kelompok dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorang dan faktor penghambat.  Faktor pendorong terjadinya asimilasi antara lain: 1. Tingkat toleransi seseorang atau kelompok terhadap kelompok lain 2. Kesempatan berimbangnya ekonomi antar individu atau kelompok 3. Sikap menghargai kehadiran orang asing beserta kebudayaannya 4. Sikap terbuka yang dimiliki oleh golongan berkuasa dalam masyarakat 5. Memiliki persamaan historis dan perkembangan unsur – unsur kebudayaan 6. Perkawinan campuarn antar kelompok yang berbeda 7. Kedatangan musuh dari luar yang dipandang mengganggu kelangsungan hidup bersama Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: asimilasi adalah satu proses sosial yang telah lanjut dan yang ditandai oleh makin kurangnya perbedaan atara individu-individu dan antara kelompok-kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan dengan kepentingan dan tujuan yang sama. 2. AKULTURASI Akulturasi – adalah proses yang dilakukan kelompok atau masyarakat untuk bereaksi dalam menghubungkan antar-budaya, sementara tetap mempertahankan karakteristik budaya sendiri. Sebagai hasilnya, budaya baru akan muncul, di mana hal itu merupakan hasil dari beberapa fitur budaya yang ada digabungkan, ada yang hilang, dan fitur baru muncul. Berikut ini beberapa pengertian akulturasi menurut para ahli: • Redfield, Linton, Herskovits: Mengemukakan bahwa akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok – kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada kedua-duanya • Gillin dan Gillin dalam bukunya Cultural Sociologi, Mengemukakan bahwa akulturasi adalah proses dimana masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya menglami perubahan oleh kontak yang lama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada percampuran yang komplit dan bulat dari dua kebudayaan itu. • Dr. Koentjaraningrat, mengemukakan bahwa akulturasi adalah proses yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa , sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaa sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. • Sachary: akulturasi budaya pada dasrnya merupakan pertemuan wahana atau area dua kebudayaan, masing- masing dapat meneriama nilai- nilai bawaannya. Bentuk-bentuk kontak kebudayaan yang dapat menimbulkan proses akulturasi: • Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, atau antar bagian-bagian saja dalam masyarakat, atau dapat pula terjadi antar individu-individu dari dua kelompok. • Antar golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan • Antar masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai • Antar masyarakat yang sama besarnya atau antar masyarakat yang berbeda besarnya Antara aspek-aspek yang material dan yang non material dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang komplek, dan antar kebudayaan yang komplek dengan yang komplek pula Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini: 1. Bahasa Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa, tetapi kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno. 2. Religi/Kepercayaan Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Tetapi agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu - Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya dapat Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. 3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Permerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2097802-akulturasi-dan-asimilasi/#ixzz1dCaJTKZd http://digilib.petra.ac.id/img-rep//jiunkpe/s1/desi/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-41403120-9441-ketapang_indah-chapter2_6_high.jpg

Rabu, 14 Desember 2011

BAB I PENGAMATAN 1.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seorang siswi kelas X SMA N I Medan yang bernama Maria Purba (15 tahun). Di sekolah dia mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan ekstrakulikuler paduan suara (Sola Gratia) dia bercita- cita menjadi seorang dokter. Selain itu aktivitasnya adalah bimbingan disalah satu bimbingan belajar dikota ini, sehingga aktivitasnya lebih banyak dengan teman- teman seusianya sehingga waktunya lebih banyak habis dengan teman- temannya. Hal ini juga terlihat di rumah karena dari aktivitas di rumah dia sering sekali menghabiskan waktu dengan teman- temannya di dunia maya seperti BBM, twiter, dan Facebook. Maria lebih suka belajar di pagi hari dari pada malan hari hal ini dikarenakan setelah pulang bimbingan belajar ia lebih banyak menggunakan jejaring social, karena dia sampai di rumah sekitar jam 20.00 WIB sehingga wakttu belajarnya adalah di pagi hari + 2 jam di pagi hari, yaitu mulai jam 5 s/d 6. Menurut gurunya, Maria sangat aktif dalam kegiatan sekolahnya, termasuk ekstrakulikuler dan serta sangat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dari hasil ujian yang diperolehnya ≥ 80 % . Hal ini dapat lihat dari nilai ujiannya. Menurut orang tuanya Maria sangat aktif dalam kegiatan sekolahnya, termasuk ekstrakulikuler dan serta sangat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dan meraka mendukung sepenuhnya cita- cita Maria. Orang tua Maria selalu mengontrol Maria dalam hal apa saja lewat HP (orang tua berada di kampung ) tetapi kadang Maria merasa sedih karena karena waktu untuk “curhat” dengan mamanya jarang sekali. 1.2 Observasi Setelah penulis amati perhatiannya mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulannya banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya. Perkembangan maria dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi. Hubungan sosial maria terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, sifatnya keras, egois dan sangat mengagumi artis- artis muda dan berbakat. Dalam berteman dia sangat Loyal, hal ini terlihat saat salah satu temannya sedang patah hati, dia dan teman- temannya sampai tidak mengikuti les tambahan. Waktunya banyak dihabiskan dengan mengikuti kegiatan organisasi di sekolah dan organisasi keagamaan. Hal ini juga terlihat di rumah karena dari aktivitas di rumah dia sering sekali menghabiskan waktu dengan teman- temannya di dunia maya seperti BBM, twiter, dan Facebook. Pada usia ini disebut ”usia berkelompok”, (gang) karena pada masa ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya. Ia merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Maria bermain bersama teman-teman sekolahnya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya tersebut. Hubungan persahabatan dan hubungan peer group di sekolah bersifat timbal balik diantara sesama anggota kelompok ada saling pengertian, saling membantu, saling percaya dan saling menghargai serta menerima satu sama lain. 1.3 Deskripsi Subjek Dari hasil pengamatan yang penulis lihat bahwa perkembangan sosialnya maria terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, sifatnya keras, egois dan sangat mengagumi artis- artis muda dan berbakat seperti SM*SH, SUJU dan lain- lain. Maria sangat aktif diberbagai organisasi sekolah dan keagaamaan. Dia sudah belajar untuk menjadi seeorang pemimpin. Dia sangat sering menggunakan jejaring social sehingga dia memiliki banyak teman di dunia maya. Maria belajar berprilaku agar dapat diterima secara social, Memainkan peran di lingkungan sosialnya. Percepatan perkembangan pada masa puber berhubungan dengan pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Maria menjalin hubungan yang erat dengan teman sebaya. Seiring dengan itu juga timbul kelompok bermain bersama atau membuat rencana bersama Maria sebagai objek penelian maria dengan temannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perkembangan Sosial Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa: Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. 2.2 Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab. Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut. Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas. 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.  Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.  Kematangan Anak Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.  Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.  Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.  Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi. 2.4 Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya. Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya. Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa : 1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan. 2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik. 2.5 Pengertian Perkembangan Kepribadian Secara etimologis, kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya. 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual). 1. Fisik. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh. 2. Intelegensi. Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Idividu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 3. Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya. BAB III PEMBAHASAN Maria telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan Maria telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan Maria telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, Maria telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Maria menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian, Maria mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup. • Maria mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesame remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup • Kehidupan sosial Maria ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Maria sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya • Maria sedang masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. • Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok , baik kelompok besar maupun kelompok kecil . Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan penulis bahwa • Perkembangan social Maria terlihat bahwa perkembangan sosialnya sesuai dengan perkembangan usia 15 tahun Maria mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). • Perkembangan sosial Maria dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Hal ini menuntun Maria tentang bagaimana sikap dan memupuk kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, serta bertanggung jawab. • Pada masa remaja ini Maria berkembang dalam hal ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya, dan sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum memahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat. 1. Lingkungan Keluarga Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu : a) Pola asuh bina kasih (induction) b) Pola asuh unjuk kuasa (power assertion) c) Pola asuh lepas kasih (love withdrawal) 2. Lingkungan Sekolah a) Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat. b) Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.  Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.  Perhatian Maria mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan Maria banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.  Perkembangan social Maria dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.  Hubungan Maria terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, keras, remaja yang bersifat egois dan sebagainya. 4.2 Saran Sejalan dengan simpulan di atas, penyusun menyarankan setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya. Dan untuk orang tua harus mengasuh anaknya dengan kasih saying (kasih) agar perkembangan sianak norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Daftar Pustaka Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan. Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html). Diakses tanggal 2 Nopember 2011. _______.2007. Perkembangan Sosial Anak. (Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/). Diakses tanggal 24 Nopember 2011. _______.2010. Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html). Diakses tanggal 4 Desember 2011
OLEH : NAMA : novita purnama sari simarmata NIM : 409431025 JURUSAN : PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Sosial Remaja” Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini telah banyak memperoleh petunjuk dan bantuan yang sangat berharga, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah banyak memotivasi dan mengajarkan penulis, mengingat keterbatasan kemampuan, pikiran dan waktu maka penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna bagi kita semua. Medan, 12 Desember 2011 Penulis DAFTAR ISI Kata pengantar 2 Daftar isi 3 Bab I Pendahuluan 4 Bab II Pembahasan 6 A. KI Hadjar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional Indonesia 6 Konstruktivisme dalam Pemikiran Ki Hadjar Dewantara 6 Dari Teori Konvergensi ke Sistem Merdeka 7 Analisis 8 B. MOHAMAD SYAFEI 9 Daftar Riwayat Hidup 9 Karya yang Fundamental 9 Filsafat Pendidikan 10 Teori Pendidikan 13 Implikasi Terhadap Pendidikan 15 Bab III Penutup 17 Daftar Pustaka 19 BAB I PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008: 3, 11). Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan afeksi, seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang akan dicapai (Pidarta, 2007: viii) Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka secara formal dimulai sejak Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya kepada dunia pada tanggal 17 Agustus 1945. Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka ini merupakan kelanjutan dari cita-cita dan praktek-praktek pendidikan masa lampau yang tersurat atau tersirat masih menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan ini (Mudyaharjo, 2008: 214) Dalam proses pertumbuhan menjadi negara maju, Indonesia telah mengalami pelbagai perubahan, termasuk bidang pendidikannya. Perubahan-perubahan itu merupakan hal yang wajar karena perubahan selalu dipengaruhi oleh berbagai factor yang bisa berganti selaras dengan perkembangan serta tuntutan zaman pada saat itu. Tidaklah mengherankan apabila system pendidikan yang kita anut segera setelah merdeka adlah sistem kontinental karena kontak kita pada saat itu adlah dengan negara-negara Eropa, khususnya negeri Belanda (Dardjowidjojo, 1991: ix) Pengambilalihan sistem kontinental itu tentu kita lakukan dengan penuh kesadaran bahwa sistem tersebut belum tentu cocok dan langgeng dengan perkembangan pendidikan yang kita kehendaki. Setelah kita merdeka dan menerapkan sistem pendidikan kontinental sekitar lima windu, kita dapati bahwa pendidikan dengan sistem Eropa tidak cocok lagi dengan tuntutan perkembangan zaman (Dardjowodjojo, 1992: 1). Proses pendewasaan pun berlanjut, dan pengalaman telah banyak mengajarkan kepada kita untuk memetik mana yang baik dan mana yang buruk. Keadaan politik nasional dan internasional, perekonomian dunia, hubungan antar bangsa, dan peran yang dimainkan bangsa Indonesia pun bergeser dan berubah, yang sedikit banyak mendorong kita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi: A. siapa yang menjadi tokoh Pendidikan Nasional Indonesia? B. Apa implikasi konsep pendidikan yang diterapkan tokoh pendidikan tersebut ini? BAB II PEMBAHASAN A. KI Hadjar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hadjar DewantaraLahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Ki Hadjar Dewantara terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 26 April 1959. Sebagai golongan ningrat, Ki Hadjar Dewantara memperoleh hak untuk mengeyam pendidikan yang layak dari kolonial Belanda. Setelah menamatkan ELS (Sekolah Dasar Belanda), beliau meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah Dasar Bumiputera), sayang sekali karena sakit ia tidak dapat meneruskan pendidikannya di STOVIA. Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa dan sampai saat wafatnya terus memimpin perguruan tersebut. Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Perjuangan Ki Hadjar Dewantoro tak hanya melalui Taman Siswa, sebagai penulis, Ki Hadjar Dewantara tetap produktif menulis untuk bebagai surat kabar. Tulisan Ki Hadjar Dewantoro berisi konsepkonsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan, dan melalui konsepkonsep itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. 2. Konstruktivisme dalam Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Membaca tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, teringat pada pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan. Keduanya sama-sama menekankan bahwa titik berat proses belajar mengajar terletak pada murid. Pengajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi konseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Jadi pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang berpusat pada murid (student center learning). Konstruktivisme yang sudah besar pengaruhnya sejak periode 1930-an dan 1940-an di Amerika, juga di Eropa, secara langsung atau tidak langsung dasar-dasarnya pernah dipelajari oleh Ki Hadjar Dewantara. Dasar pertama dari pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan adalah “teori konvergensi” yang menyatakan bahwa “pengetahuan manusia merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan (nature) dan faktor pengasuhan (nurture). Menurutnya, baik “dasar” (faktor bawaan) maupun “ajar” (pendidikan) berperan dalam pembentukan watak seseorang. 3. Dari Teori Konvergensi ke Sistem Merdeka Dalam penerapannya di bidang pendidikan, oleh Ki Hadjar teori konvergensi diturunkan menjadi sistem pendidikan yang memerdekakan siswa atau yang disebutnya “sistem merdeka”. Ki Hadjar menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan tujuan membantu siswa menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi konstribusi kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka berarti : (a) tidak hidup terperintah; (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri; dan (c) cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Singkatnya, pendidikan menjadikan orang mudah diatur tetapi tidak dapat disetir.Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Ki Hadjar mengartikan mendidik sebagai “berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya budi pekerti dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan” Ki Hadjar dan konstruktivisme sama-sama memandang pengajar sebagai mitra siswa untuk menemukan pengetahuan. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengajar ikut aktif bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, mencipta makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan memberikan penilaian-penilaian terhadap berbagai hal. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu siswa untuk berpikir secara kritis, sistematis dan logis dengan membiarkan mereka berpikir sendiri.Sejalan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut Wuri Hanadayani” (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya 15mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada ( di depan, seorang pendidik harus memberi teladan tau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai hingga kini dalam dunia pendidikan dan terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa. 4. Analisis Menurut Ki Hajar Dewantoro, manusia memilki daya cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual saja hanya akan mejauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika ini berlanjut akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.Implementasi Dalam Dunia Pendidikan Perjuangan Ki Hajar Dewantoro terhadap pendidikan Indonesia membuat beliau layak di anugerahi gelar pahlawan pendidikan Indonesia.  Tidak berlebihan jika tanggal lahir beliau, 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional untuk mengenang dan sebagai penyemangat bagi kita untuk meneruskan prakarsa dan pemikiran-pemikiran beliau terhadap pendidikan Indonesia.  Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan tut wuri handayani, ing madya mangun karsa dan ing ngarsa sung tulada. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan.  Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya sebagai manusia yang utuh berkembang ( menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand” B. MOHAMAD SYAFEI 1. Daftar Riwayat Hidup Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan diangkat jadi anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah,kemudian dibawah pindah ke Sumatra Barat dan menetap Bukit Tinggi.Marah Sutan adalah seorang pendidik dan inteletual ternama.Dia sudah mengajar diberbagai daerah di nusantara,pindah ke Batavia pada tahun1912 dan disini aktif dalam kegiatan penertiban dan Indische Partij.Pendidikan yang ditempuh Moh.Syafei adalah sekolah raja di Bukit tinggi,dan kemudian belajar melukis di Batavia (kini Jakarta),sambil mengajar disekolah Kartini.Pada tahun 1922 Moh.Syafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri.Disini ia bergabung dengan ”Perhimpunan Indonesia “,sebagai ketua seksi pendidikan .Dinegeri Belanda ini ia akrab dengan Moh.Hatta,yang memiliki banyak kesamaan dan karakteristik dan gagagasan dengannya,terutama tentang pendidikan bagi pengembangan nasionalisme di Indonesia.Dia berpendapat bahwa agar gerakan nasionalis dapat berhasil dalam menentang penjajahan Belanda,maka pendidikan raktyat haruslah diperluas dan diperdalam. Semasa di negeri Belanda ia pernah ditawari untuk mengajar dan menduduki jabatan disekolah pemerintah.Tapi Syafei menolak dan kembali ke Sumatara Barat pada tahun1925.Ia bertekad bertekad mendirikan sebuah sekolah yang dapat mengembangkan bakat murid-muridnya dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat Indonesia,baik yang hidup dikota maupun dipedalaman. 2. Karya yang Fundamental 1.Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam,sekitar 60 km disebelah Utara kota Padang. Sekolah ini didirikan diatas lahan seluas 18 hektar dan dipinggir jalan raya Padang Bukit Tinggi.Ia menolak subsidi untuk sekolahnya,seperti halnya Thawalib dan Diniyah,tapi ia membiaya sekolah itu dengan menerbitkan buku-buku kependidikan yang ditulisnya.Sumber keuangan juga berasal dari sumbangan –sumbangan yang diberikan ayahnya dan simpatisan-simpatisan serta dari berbagai acara penngumpulan dana seperti mengadakan pertunjukan teater,pertandingan sepak bola,menerbitkan lotere dan menjual hasil karya seni buatan murid-muridnya.Kelas menggunanakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai pelajaran bahasa asing yang pokok,ditekan pada pelajaran –pelajaran yang akan terpakai oleh murid-murid apabila mereka kelak kembali kekampung halaman dikota –kota kecil dan nagari-nagari di Sumatra Barat.Dengan demikian pendidikan disekolah ini meliputi bidang-bidang : (1) Kerajinan (kerajinan ,tanah liat ,rajutan,rotan,dan seterusnya), (2)Seni(melukis,ukir,tari,dramadanlain-lainya. (3) grafika (percetakan ,mengarang,jurnalistik dan lain-lainya, (4)semua jenis olahraga, (5)manajemen. Saat Indonesia merdeka,Moh,Syafei diangkat menjadi Ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatra dan selanjutnya mendirikan ruang pendidikan dan kebudayaan diPadang Panjang,.Mohammad Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Syahril II, 12 Maret 1946 -2 Oktober 1946 sera menjadi anggota DPA, tahun 1968 atas jasa-jasa yang bersangkutan dibidang pendidikan maka IKIP Padang memberikan gelar Dr.HC. 3. Filsafat Pendidikan 1.Nasionalisme Mohammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktek penyelenggara pendidikan INS kayu tanam didasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersanjatai dirinya dengan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai alam.Semangat nasionalisme Mohammad Syafei dipengaruhi oleh pandangan –pandangan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker dan Perhimpunan di negeri Belanda.Semangan nasionalismenya yang sedang tumbuh menimbulkan pertanyaan,mengapa bangsa Belanda yang jumlahnya sedikit dapat menguasai bangsa Indonesia yang jumlahnya sangat besar.Pertanyaan ini dapat dipecahkan setelah berada dan hidup tengah tengah masyarakat Belanda.Ternyata faktor alam dan lingkungan masyarakat mempengaruhi jiwa manusia.Bagaimanakah bangsa Indonesia dapat menguasai alam yangkaya raya dengan berbagai macam mineral,dengan tanah yang subur?Hal ini dapat terwujud melalui system pendididkan yang dapat mengembangkan jiwa bangsa yang aktif kreatif.Dengan sistem ini,anak –anak sejak kecil sudah dilatih mempergunakan akal pikiran mereka yang didorong olah kemauan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia.Jelas kiranya bahwa nasionalisme Mohammad Syafei adalah nasionalime pragmatis yang didasarkan t.pada agama,yaitu nasionalisme yang tertuju pada membangun bangsa melalui pendidikan agara menjadi bangsa yang pandai berbuat untuk kehidupan manusia atas segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Mohammad Syafei menyatakan bahwa Tuhan tidak sia –sia menciptakan manusia dan alam lainnya.Tiap –tiapnya mesti berguna ,dan kalau ini tidak berguna hal itu disebabkan karena kita yang tidak pandai menggunakannya. 2.Developmentalisme Pandangan pendidikan Mohammad Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran Develomentalisme, terutama oleh gagasan sekolah kerja yang dikembangkan John Dewey dan George Kerschensteiner,serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan Jan 8Ligthar.John Dewey berpendapat bahwa pendidikan bahwa pendidikan terarah pada tujuan yang tidak berakkhir, pendidikan merupakan sesuatu yang terus berlangsung,suatu rekonstruksi pengalaman yang terus bertambah. Tujuan pendidikan sebagaimana adanya,terkandung dalam proses pendidikan,dan seperti cakrawala, tujuan pendidikan yang dibayangkan ada sebelum terjadinya proses pendidikan ternyata tidak pernah dicapai seperti cakrawala yang tidak pernah terjangkau.Oleh karena itu,seperti yang dinyatakan oleh John Dewey, rekonstruksi pengalaman kita harus diarahkan pada mencapai efesiensi sosial,dengan demikian pendidikan harus merupkan proses sosial. Sekolah yang baik harus aktif dan dinamis,dengan demikian anak belajar melalui pengalamannya dalam hubungan dengan orang lain.Sehubungan dengan hal ini, John Dewey menyatakan bahwa pendidikan anak adalah hidup itu sendiri. Disini pertumbuhannya terus bertambah, setiap pencapaian perkembangan menjadi batu loncatan bagi perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu,proses pendidikan merupakan salah satu bentuk penyesuain diri yang terus menerus berlangsung. Dalam proses tersebut berlangsung proses psikologis (perubahan tingkah laku yang tertuju pada tingkah laku yang canggih, terencana dan bertujuan) dalam proses sosiologis (perubahan adat istiadat ,sikap kebiasaan dan lembaga ) yang tidak terpisahkan. Pandangan John Dewey bahwa pendidikan harus tertuju pada efesiensi sosial, atau kemanfaatan pada kehidupan sosial; dan belajar berbuat atau belajar melalui pengalaman langsung yang lebih dikenal dengan sebutan learning by doing,mempunyai pengaruh besar terhadap konsep pendidikan Muhammad Syafei. George Kerschensteiner mendirikan Arbeit schule atau sekolah Aktivitas.Ia mengartikan sekolah aktivitas sebuah sekolah yang membebaskan tenaga kreatif potensial dari anak.Pada awalnya Kerschensteiner memperkenalkan prinsip aktivitas untuk bidang-bidang industri dan pekerjaan tangan,kemudian memperluasnya pada aspek-aspek tingkah laku mental dan moral.Menurut Kerschensteiner, tugas utama pendidikan adalah pengembangan warga Negara yang baik, dan sekolah aktivitasnya berusaha mendidik warga Negara yang berguna dengan jalan: 1.Membimbing anak untuk bekerja menghidupi dirinya sendiri; 2.Menanamkan dalam dirinya gagasan bahwa setiap pekerjaan mempunyai tempatnya masing-masing dalam member pelayanan kepada masyarakat. 3.Mengajarkan kepada anak bahwa melalui pekerjaannya,ia akan member sumbangan dalam turut serta membantu masyarakat untuk kearah suatu kehidupan bersama lebih sempurna. Gagasan dan model sekolah yang dikembangkan Kersschenteiner sangat mempengaruhi konsep dan praktek pendidikan Mohammad Syafei di INS Kayu Tanam . D. Teori Pendidikan I. Fungsi pendidikan a. Pendidikan menurut Syafei memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa (Thalib Ibarahim,1978: 25).Disini tampak bahwa pendidikan berfungsi sebagai ilnstrumen yang digunakan manusia dalam mengarungi evolusi kehidupan.Manusia tahu kelompok tertentu dalam evolusi kehidupan dapat tersisih atau kalah,seperti bangsa Indonesia kala itu,karena tingkat kesempurnaan hidup dan bainnya memang berada pada tingkat yang rendah.Untuk mengatasi hal itu,mereka membutuhkan pendidikan yang tepat. b. Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya.Untuk kepentingan ini ia mengusulkan konsep sekolah kerja atau sekolah kehidupan atau sekolah masyarakat. 2. Tujuan Personal Pendidikan a. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak agar anak dapat mengikuti perkembangan masyarakat yang selalu mengalami perubahan atau kemajuan.Kesempurnaan lahir dan batin ini ditafsirkan berlainan antar bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya,antar kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya.Namun demikian ,setiap bangsa ataau masyarakat ingin keuar sebagai pemenang dalam perlombaan yang maha seru antara mereka dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin(Thalib Ibrahim 1978:24-25). b. Pemikiran Syafei diatas menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang harus selalu diperbaharui.Hal ini terungkap dalam pemikiran G.Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei : bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut zamannya,seandainya orang masih beranggapan,bahwa susunan pendidikan dan pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya dan tidak akan berubah lagi,maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh menyimpang dari kebenaran.Demikianlah,tujuan pendidikan berupa kesempurnaan lahir dan batin,harus selalu terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Syafei mengajukan pemikiran yang masih relevan untuk zaman kita ini. c. Ia menyatakan bahwa yaitu jiwa dan hati yang terlatih dan otak yang berisi pengetahuan (Thalib Ibarahim,1978;20). Orang yang jiwa dan hatinya terlatih itu tekun,teliti,rajin,giat,berperhatian,dan apik dalam segala bidang perbuatan. Dan pelatihan jiwa dan hati ini diperoleh melalui pelatihan bebuat atau bekerja mengerjakan pekerjaan sehari-hari atau bahkan pekerjaan tangan.Bahkan untuk pengisian otakpun,pelajaran pekerjan tangan dapat turut dimanfaatkan. d. Demikanlah,berdasarkan uraian diatas,tujuan personal pendidikan menurut Syafei dapat dideskripsikan dengan ringkas sebagai berikut: Manusia yang sempurna lahir dan batin karena jiwa dan hatinya terlatih dan otaknya berisi konsep-konsepilmu,hingga ia berbaut aktif kreatif dalam menghadapi lingkungannya. c. Kurikulum 1. Kurikulum yang dikembangkan Moh.Syafei merupakan kurikulum untuk pendidikan dasar.Meskipun demikian,untuk tahun-tahun awal sekolah dasar ia menghendaki kurikulum nya,berupampendidikan prasekolah.Contohnya kegiatan bermain main dengan pasir,kertas dan lain-lain mendapat perhatian istimewa.Dengan demikian dari segi inikurikulum pendidikan dasar 2. Beberapa mata pelajaran dibahas Syafei secara khusus,yaitu bahasa ibu,menggambar,membersihkan sekolah dan kelas,berkebun dan bemain-main. d.Metode Pendidikan 1. Sekolah Kerja Pemikiran Syafei tentang pendidikan banyak dipengaruhi oleh pemikiran pendidikan awal abad 20 di Eropa,yaitu pemikiran pendidikan yang dikembangkan berdasarkan konsep sekolah kerja atau sekolah hidup atau sekolah masyarakat.Menurut konsep ini sekolah hendaknya tidak mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat.Untuk itu Syafei mengutip pemikiran Guning;”sebagian sekolah,karena kesalahannya sendiri dan ada pula sebagian yangtidak salah ,telah mengasingkan diri dari kehidupan sejati dan telah membentuk dunianya sendiri.Mengukur segala-galanya menurut pahamnya sendiri.Selama hal itu tidak berubah ,maka sekolah tidak dapat memenuhi kewajibannya.Ia selalu memaksakan kehendaknya sendiri kepada masyarakat yang seharusnya ia mengabdi kepada masyarakat. Pada tempatnyalah “Sekolah cara baru “bukan saja menghendaki sekolah kerja,tetapi akan berubah menjadi “Sekolah hidup” atau “Sekolah Masyarakat”. 2. Pekerjaan tangan Berdasarkan pemikiran diatas ia menghendaki guru mengaktifkan pengajaran,maksudnya membuat murid menjadi aktif dalam proses pengajaran.Metode dari pengajaran demikan ialah pekerjaan tangan. 3. Produksi/kreasi Dalam menjelaskan metode tangan ini,ia berkali-kali menggunakan konsep-konsep respsi,reproduksi,dan produksi atau kreasi.Resepsi produksi adalah metode lama,anak sebagai obyek dan pasif,serta umumnya verbalistis. Sedangkan metode produksi ini,anak diberi kesempatan untuk aktif berbuat atau mencipta.Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman berbuat yang melibatkan emosi ,pemikiran,dan tubuh.Secara umum dapat dikatakan bahwa pengajaran hendaknya mengupayakan aktivitas seoptimal mungkin pada siswa.Pengajaran jangan terperangkap dan berhenti dalam bentuk reseptif dan reproduktif. E. Implikasi Terhadap Pendidikan Dasar pendidikan yang dikembangkan oleh Moh.Syafei adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan, serta berpikir logis dan rasional. Berkenan dengan itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan, dan ketrampilan atau yang dikenal dengan istilah 3 H, Head, Heart dan Hand. Implikasi terhadap pendidikan adalah ; 1. Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional 2. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh. 3. Mendidik anak –anak agar menjadi manusia yang berwatak baik 4. Menanamkan rasa cinta tanah air. 5. Mendidik anak agar mandiri tanpa tergantung pada orang lain. Dalam pelajaran,anak hendaknya menjadi subyek(pelaku) bukan dikenai ( obyek).Dengan menjadi subyek seluruh tubuh anak terlibat,juga emosi,dan pemikiran dan daya khayalnya.Keasyikan emosi ,dan spontanitas anak ketika bermain hendaknya dapat dialihkan kedalam proses belajar mengajar. Peranan guru adalah sebagai manajer belajar yang mengupayakan bagaimana menciptakan siatuasi aga siswa menjadi aktif berbuat.Dengan demikian, guru juga berperan sebagai fasilator belajar yang memperlancar aktivitas anak dalam belajar.Guru yang demikian dituntut untuk memahami anak sebagai makhluk yang selalu bergerak dan memahami psikologi belajar,serta psikologi perkembangan.   BAB III PENUTUP KESIMPULAN Mohammad Syafei adalah tokoh pendidikan Nasional yang berasal dari Sumatra Barat,perjuangan beliau juga dititik beratkan pada bidang pendidikan. Pendidikan yang ditempuhnya adalah sekolah raja di Bukit tinggi,kemudian belajar melukis diBatavia tahun 1914 dan mengajar disekolah Kartini.Tahun 1922 ia menuntuk ilmu di Negeri Belanda.Tahun 1925 ia kembali ke tanah air dan bertekad ingin mendirikan sebuah sekolah. Karyanya yang fundamental adalah mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) di Kayu tanam,Sumatra Barat pada tanggal 31 oktober 1926.Saat Indonesia merdeka ia diangkat menjadi ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan dan mendirikan ruang pendidikan dan kebudayaan di Padang. Disamping itu Moh.Syafei pernah diangkat menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kabinet SyahrilI,serta pernah menjadi angggota DPA. Filsafat pendidikan Moh.Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktek penyelenggara pendidikan INS kayutanam didasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya denan alat daya upaya yang dinamakan akktif kreatif untuk menguasai alam.Pandangan pendidikan Moh.Syafei sangat dipegaruhi oleh aliran Devolepmentalisme,terutama oleh gagasan sekolah kerja yang dikembangkan oleh John Dewey dan George Kerschensteiner,serta pendidikan alam sekira yang dikembangkan oleh Jan Ligthart. Fungsi pendidikan menurut Moh.Syafei adalah membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa ( Thalib Ibrahim,1978:25).Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya.Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak dapat mengikuti perkemangan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. Kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum pendidikan dasar dan beberapa mata pelajran yang khusus.Sedangkan metode pendidikannya adalah sekolah kerja,pekerjaan tangan dan produksi kreasi. Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan ,keaktifan,kepraktisan serta berpikir logis dan rasional. Mendidik anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh,menjadi anak yang berwatak baik dan mandiri.Dalam pelajaran anak diperlakukan sebagai subyek bukan obyek.Guru berperan sebagai manajer belajar menciptakan situasi agar siswa aktif berbuat. DAFTAR PUSTAKA http://www.tokohindonesia.com/ http://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/tokoh-pendidikan.pdf http://www.amazon.com/Pendidikan-Indonesia-pandangan-pendidikan-swasta/dp/9798484002 http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080525194543AAW7593 http://www.myhero.com/myhero/heroprint.asp?hero=Dewantara_stursula_indonesia_06_ul http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195009081981011-Y._SUYITNO/TOKOH-TOKOH_PENDIDIKAN_DUNIA.pdf http://wahyuadipurnomo.wordpress.com/ http://www.g-excess.com/3808/pengaruh-perkembangan-pendidikan-kebangsaan-di-indonesia/

Rabu, 07 Desember 2011

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MEDIA KOMPUTASI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DI SMA

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MEDIA KOMPUTASI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DI SMA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas MataKuliah Metode Penelitian Pendidikan Oleh : KELOMPOK II 1. Andi Wahyu Sudibyo NIM : 409431004 2. Lora N Tinendung NIM : 409431019 3. Ristanti NIM : 409431030 Program Studi Pendidikan Kimia JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mutu pendididikan IPA, berkaitan dengan banyak faktor antara lain kompetensi guru, efektivitas proses pembelajaran, ketersediaan fasilitas pendidikan serta tingkat motivasi belajar siswanya. Namun pada kenyataannya dalam dunia pendidikan memperlihatkan bahwa pembelajaran pada umumnya bersifat ekspositoris, verbalistik dan cenderung hanya menggunakan papan tulis, kurang upaya untuk melakukan demonstrasi, eksperimen dan bentuk peragaan lainnya dalam pembelajaran (Firman,H., 2000). Mata pelajaran kimia di SMA bertujuan untuk membentuk sikap yang positif pada diri siswa terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai pristiwa alam dan penerapannya dalam teknologi. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari struktur atom karena bersifat abstrak. Disamping itu pembelajaran materi tersebut selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu, perlu dicari alternative model pembelajaran yang dapat meminimalkan beban hafalan dan lebih meningkatkan minat belajar pada siswa, yaitu dengan cara pemanfaatan media komputasi. Pemanfaatan media komputasi pada dasarnya merupakan suatu cara pembelajaran yang bertujuan untuk menarik minat belajar siswa dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa melalui pengamatan terhadap materi yang ditampilkan melalui gambar-gambar slide pada layar LCD sehingga siswa dapat terlatih untuk mengeluarkan pendapat berdasarkan pengamatan mereka pada layar LCD. Dari pengamatan langsung siswa dapat menggali sendiri suatu konsep yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dan bahkan lebih dari itu, yaitu menimbulkan suatu sikap yang positif terhadap sains (ilmu pengetahuan) disamping tumbuhnya jiwa kooperatif serta tanggung jawab pada diri siswa, dan dengan demikian hasil belajar siswa-pun akan meningkat (Henderleiter dan Pringle, 1999). Dengan media ini diharapkan siswa dapat melahirkan kerangka pemikiran, sikap mental dan keterampilan yang berkualitas dan seimbang yang memilki kecakapan hidup dalam bidang kimia. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Media Komputasi terhadap Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom di SMA pada tahun ajaran 2011-2012” Penelitian ini telah dilakukan oleh orang lain sebelumnya, salah satunya dilakukan oleh Muhyono (2001) dalam penelitiannya yang berjudul ”Peningkatan Minat Belajar Siswa Kelas XII MAN Terhadap Pembelajaran Kimia Dengan Pemanfaatan Media Komputasi”. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya, persamaan tersebut terdapat pada pemanfaatan media komputasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan, penelitian sebelumnya membahas tentang Sifat Koligatif Larutan dan Elektrokimia sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pokok bahasan Struktur Atom. Perbedaan lainnya yaitu lokasi penelitian, dan jenis penelitiannya. Penelitian sebelumnya merupakan penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian ini merupakan penelitian eksperiment. 1.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang akan di teliti adalah tentang penggunaan media komputasi terhadap peningkatan pemahaman siswa pada pokok bahasan struktur atom di SMA. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: • Apakah penggunaan media komputasi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan struktur atom di SMA ? 1.4. Batasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah yang berhubungan dengan pengaruh media komputasi terhadap peningkatan pemahaman siswa dalam pokok bahasan struktur atom di kelas XI SMA PAB 8 Saentis yang diperoleh berdasarkan observasi dan tanya jawab, diklasipikasikan dan dipilih melalui pemikiran bersama pihak-pihak yang terkait yang dalam hal ini diantaranya kelapa sekolah SMA PAB 8 Saentis, guru Kimia SMA kelas XI PAB 8 Saentis, wali kelas dan siswa-siwa kelas XI. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu: • Mengetahui pengaruh penggunaan media komputasi terhadap peningkatan pemahaman siswa pada pokok bahasan struktur atom di SMA 1.6. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat : 1. Siswa dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep teoritis, bersifat abstrak dan informative melalui media komputasi. 2. Guru memiliki tambahan variasi model pembelajaran dan dan menambah kreativitasnya dalam pembuatan media pembelajaran. 3. SMA PAB 8 Saentis dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam menambah khasanah pengetahuan tentang media pendukung kegiatan pembelajaran.   BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran dengan Media Komputasi Menurut von Glaserfeld, pembelajaran adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkan berfikir sendiri. Berfikir yang baik lebih penting daripada mempunyai cara berfikir yang baik, berarti cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain. Siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum pasti dapat memecahkan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu. Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya ( Simson Tarigan, 2011). Pembelajaran berarti partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar sendiri. Komputasi sebenarnya dapat diartikan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma. Sedangkan kimia komputasi adalah cabang kimia yang menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul dan perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem-sistem besar (makromolekul seperti protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan, padatan, dan kristal cair), dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Contoh sifat-sifat molekul yang dihitung antara lain struktur (yaitu letak atom-atom penyusunnya), energi dan selisih energi, muatan, momen dipol, kereaktifan, frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya. Simulasi terhadap makromolekul (seperti protein dan asam nukleat) dan sistem besar bisa mencakup kajian konformasi molekul dan perubahannya (mis.proses denaturasi protein), perubahan fasa, serta peramalan sifat-sifat makroskopik (seperti kalor jenis) berdasarkan perilaku di tingkat atom dan molekul. Istilah kimia komputasi kadang-kadang digunakan juga untuk bidang-bidang tumpang tindih antara ilmu komputer dan kimia. 2.2. Struktur Atom Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_atom ) 2.2.1. Model Atom 2.2.1.1. Model Atom John Dalton Pada tahun 1808, John Dalton yang merupakan seorang guru di Inggris, melakukan perenungan tentang atom. Hasil perenungan Dalton menyempurnakan teori atom Democritus. Bayangan Dalton dan Democritus adalah bahwa atom berbentuk pejal. Dalam renungannya Dalton mengemukakan postulatnya tentang atom: 1. Setiap unsur terdiri dari partikel yang sangat kecil yang dinamakan dengan atom 2. Atom dari unsur yang sama memiliiki sifat yang sama 3. Atom dari unsur berbeda memiliki sifat yang berbeda pula 4. Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain dengan reaksi kimia, atom tidak dapat dimusnahkan dan atom juga tidak dapat dihancurkan 5. Atom-atom dapat bergabung membentuk gabungan atom yang disebut molekul 6. Dalam senyawa, perbandingan massa masing-masing unsur adalah tetap Kelemahan teori atom Dalton yaitu tidak dapat membedakan pengertian atom dan molekul. Dan atom ternyata bukan partikel yang terkecil. 2.2.1.2. Model Atom J.J. Thomson Pada tahun 1897, J.J Thomson mengamati elektron. Dia menemukan bahwa semua atom berisi elektron yang bermuatan negatif. Dikarenakan atom bermuatan netral, maka setiap atom harus berisikan partikel bermuatan positif agar dapat menyeimbangkan muatan negatif dari elektron. • Kelebihan model atom Thomson Membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsur. • Kelemahan model atom Thomson Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut. 2.2.1.3. Model Atom Rutherford Rutherford melakukan penelitian tentang hamburan sinar α pada lempeng emas. Hasil pengamatan tersebut dikembangkan dalam hipotesis model atom Rutherford. a. Sebagian besar dari atom merupakan permukaan kosong. b. Atom memiliki inti atom bermuatan positif yang merupakan pusat massa atom. c. Elektron bergerak mengelilingi inti dengan kecepatan yang sangat tinggi. d. Sebagian besar partikel α lewat tanpa mengalami pembelokkan/hambatan. Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit sekali yang dipantulkan. • Kelemahan Model Atom Rutherford a. Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akibatnya, lama-kelamaan elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya menempel pada inti. b. Model atom rutherford ini belum mampu menjelaskan dimana letak elektron dan cara rotasinya terhadap ini atom. c. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom menjadi tidak stabil. d. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen (H). 2.2.1.4. Model Atom Niels Bohr Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan pendapatnya bahwa elektron bergerak mengelilingi inti atom pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Model atom Bohr merupakan penyempurnaan dari model atom Rutherford. Kelemahan teori atom Rutherford diperbaiki oleh Neils Bohr dengan postulat bohr : a. Elektron-elektron yang mengelilingi inti mempunyai lintasan dan energi tertentu. b. Dalam orbital tertentu, energi elektron adalah tetap. Elektron akan menyerap energi jika berpindah ke orbit yang lebih luar dan akan membebaskan energi jika berpindah ke orbit yang lebih dalam. 2.2.1.5. Model Atom Mekanika Kuantum Model atom mekanika kuantum berangkat dari kelemahan pada model atom bohr,sehingga pada tahun 1927 Erwin Schrodinger, seorang ahli matematika dari Austria mengemukakan teori ini, yaitu kedudukan elektron tiap atom tidak dapat ditentukan dengan pasti, yang dapat ditentukan adalah probabilitas menemukan elektron sebagai fungsi jarak dari inti atom. Kemudian pada tahun yang sama, seorang berkebangsaan Jerman yang bernama Werner Heisenberg yang menguatkan teori ini yang disebut dengan teori kebolehjadian. Ia mengemukakan bahwa metode eksperimen apa saja yang digunakan untuk menentukan posisi atau momentum suatu pertikel kecil seperti electron dapat menyebabkan perubahan baik pada posisi atau momentum atau keduanya. 2.2.2. Bilangan Kuantum Persamaan gelombang oleh Erwin Schrodinger memperjelas kemungkinan ditemukannya elektron melalui bilangan-bilangan kuantum. Daerah paling mungkin ditemukannya elektron disebut orbital, sehingga bilangan-bilangan akan memperjelas posisi elektron dalam atom. Ada empat bilangan kuantum yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum Azimut (I), bilangan kuantum magnetic (m) dan bilangan kuantum spin (s). 2.2.2.1. Bilangan Kuantum Utama Dalam model atom Bohr, elektron dikatakan berada di dalam lintasan stasioner dengan tingkat energi tertentu. Tingkat energi ini berkaitan dengan bilangan kuantum utama dari elektron. Bilangan kuantum utama dinyatakan dengan lambang n sebagaimana tingkat energi elektron pada lintasan atau kulit ke-n. Bisa dikatakan bahwa bilangan kuantum utama berkaitan dengan kulit elektron di dalam atom. Bilangan kuantum utama membatasi jumlah elektron yang dapat menempati satu lintasan atau kulit berdasarkan persamaan berikut. Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n adalah 2n2 Jenis kulit K L M N Nilai (n) 1 2 3 4 Tabel 2.1. Hubungan jenis kulit dan nilai bilangan kuantum utama. 2.2.2.2. Bilangan Kuantum Azimut (I) Elektron yang bergerak mengelilingi inti atom memiliki momentum sudut. Efek Zeeman yang teramati ketika atom berada di dalam medan magnet berkaitan dengan orientasi atau arah momentum sudut dari gerak elektron mengelilingi inti atom. Terpecahnya garis spektum atomik menandakan orientasi momentum sudut elektron yang berbeda ketika elektron berada di dalam medan magnet. Bilangan kuantum azimut menyatakan sub kulit tempat elektron berada dan bentuk orbital, serta menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap inti. Banyaknya subkulit tempat elektron berada tergantung pada nilai bilangan kuantum utama (n). Nilai bilangan kuantum azimut dari 0 sampai dengan (n - 1). Bila n = 1, maka hanya ada satu subkulit yaitu l = 0. Sedangkan n = 2, maka ada dua subkulit yaitu l = 0 dan l = 1. Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus: l = 0 : sesuai sub kulit s ( s = sharp) l = 1 : sesuai sub kulit p ( p = principle) l = 2 : sesuai sub kulit d ( d = diffuse) l = 3 : sesuai sub kulit f ( f = fundamental) Tabel 2.2. Hubungan subkulit sejenis dalam kulit yang berbeda pada atom. Kulit Nilai n Nilai I Jenis Subkulit K 1 0 1s L 2 0 2s 1 2p M 3 0 3s 1 3p 2 3d N 4 0 4s 1 4p 2 4d 3 4f 2.2.2.3. Bilangan Kuantum Magnetic (m) Momentum sudut elektron L merupakan sebuah vektor. Jika vektor momentum sudut L diproyeksikan ke arah sumbu yang tegak atau sumbu-z secara tiga dimensi akan didapatkan besar komponen momentum sudut arah sumbu-z dinyatakan sebagai Lz. bilangan bulat yang berkaitan dengan besar Lz adalah m. bilangan ini disebut bilangan kuantum magnetik. Karena besar Lz bergantung pada besar momentum sudut elektron L, maka nilai m juga berkaitan dengan nilai l. m = −l, … , 0, … , +l misalnya, untuk nilai l = 1, nilai m yang diperbolehkan adalah −1, 0, +1. Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital tempat ditemukannya elektron pada subkulit tertentu dan arah momentum sudut elektron terhadap inti. Sehingga nilai bilangan kuantum magnetik berhubungan dengan bilangan kuantum azimut. Nilai bilangan kuantum magnetik antara - l sampai + l. Tabel 2.3. Hubungan bilangan kuantum azimut dengan bilangan kuantum magnetik. Bilangan Kuantum Azimut Tanda Orbital Bilangan Kuantum Magnetik Gambaran Orbital Jumlah Orbital 0 s 0 1 1 p -1, 0, +1 3 2 d -2, -1, 0, +1, +2 5 3 f -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 7 2.2.2.4. bilangan kuantum spin (s). Bilangan kuantum spin diperlukan untuk menjelaskan efek Zeeman anomali. Anomali ini berupa terpecahnya garis spektrum menjadi lebih banyak garis dibanding yang diperkirakan. Jika efek Zeeman disebabkan oleh adanya medan magnet eksternal, maka efek Zeeman anomali disebabkan oleh rotasi dari elektron pada porosnya. Rotasi atau spin elektron menghasilkan momentum sudut intrinsik elektron. Momentum sudut spin juga mempunyai dua orientasi yang berbeda, yaitu spin atas dan spin bawah. Tiap orientasi spin elektron memiliki energi yang berbeda tipis sehingga terlihat sebagai garis spektrum yang terpisah. Bilangan kuantum spin (s): menunjukkan arah perputaran elektron pada sumbunya. Dalam satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua elektron ini berputar melalui sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-masing diberi harga spin +1/2 atau -1/2. 2.2.3. Konfigurasi Elektron Dalam setiap atom telah tersedia orbital-orbital, akan tetapi belum tentu semua orbital ini terisi penuh. Pengisian elektron dalam orbital-orbital memenuhi beberapa peraturan. antara lain: Prinsip Aufbau, Prinsip Pauli, dan Prinsip Hunt 2.2.3.1. Prinsip Aufbau Elektron-elektron mulai mengisi orbital dengan tingkat energi terendah dan seterusnya. Orbital yang memenuhi tingkat energi yang paling rendah adalah 1s dilanjutkan dengan 2s, 2p, 3s, 3p, dan seterusnya dan untuk mempermudah dibuat diagram sebagai berikut : Contoh pengisian elektron-elektron dalam orbital beberapa unsur: Atom H : mempunyai 1 elektron, konfigurasinya 1s1 Atom C : mempunyai 6 elektron, konfigurasinya 1s2 2s2 2p2 2.2.3.2. Prinsip Pauli Tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum spinnya harus berlawanan. 2.2.3.3. Prinsip Hund Cara pengisian elektron dalam orbital pada suatu sub kulit ialah bahwa elektron-elektron tidak membentuk pasangan electron sebelum masing-masing orbital terisi dengan sebuah elektron. 2.3. Kerangka Berpikir Berdasarkan gambaran diatas maka akan diketahui apakah ada pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan media komputasi terhadap peningkatan pemahaman siswa pada pokok bahasan Struktur Atom, dengan diketahui pengaruhnya sehingga memungkinkan kemudahan bagi guru untuk menyusun rencana kerja yang berkaitan dengan pokok bahasan tersebut. 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Silitonga, 2011). Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya pengaruh penggunaan media komputasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Ha : Penggunaan media komputasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang struktur atom pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA. Ho : Penggunaan media komputasi tidak dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang struktur atom pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA PAB 8 Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Alasan memilih SMA ini dikarenakan faktor lokasi dan keadaan dimana penelitia merasa perlu melakukan penelitian ini. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini selama 3 bulan yaitu bulan Agustus – Oktober, sedangkan waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian dilakukan selama semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. 3.2. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI SMA PAB 8 Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 3. Distribusi siswa kelas XI di SMA PAB 8 Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : No Kelas Jumlah Siswa 1 XI IPA 1 40 2 XI IPA 2 41 3 XI IPA 3 40 Total 121 Untuk menetapkan sampel, peneliti akan menggunakan dua teknik yaitu teknik sampling random sederhana dan teknik sampling jenuh/total. Peneliti akan menggunakan teknik sampling random sederhana untuk menentukan kelas mana yang akan dijadikan sampel dengan cara melakukan undian. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik sampling jenuh, dimana seluruh siswa dari kelas yang diperoleh pada teknik sampling random sederhana akan dijadikan sampel pada penelitian ini. Alasan menggunakan teknik sampling ini adalah karena peneliti menggunakan rancangan One Group Pretest-Postest Design sehingga hanya membutuhkan satu kelas saja. 3.3. Variabel dan Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, dimana yang menjadi variabel terikat disini adalah siswa sedangkan variabel bebasnya adalah media komputasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument yang berupa test bentuk pilihan ganda, dengan jumlah soal sebanyak 20 butir dengan kisi-kisi sebagai berikut : No. kopetensi dasar Indikator Strategi Penilaian Metode Bentuk Tes Nomor Item 1. Dapat membedakan,menemukan gagasan pokok dan menjelaskan pernyaan dari para ahli • Mampu menyebutkan pernyataan para ahli • Mampu menjelaskan pernyataan dari para ahli • Mampu menentukan gagasan pokok dari teori Niels bohr Test Pilihan ganda 4,10,17 2. Siswa dapat membedakan keempat bilangan kuantum dan mengaplikasikannya dengan mencari kulit dan electron valensi • Mampu menjelaskan bilangan kuantum • Mampu menentukan 4 bilangan kuantum • Mampu membedakan bilangan kuantum utama,azimuth,magnetik,dan spin • Mampu menentukan kulit valensi dan electron valensi Test Pilihan ganda 1,2,3,7,12,15, 20 3. Siswa dapat mengkonfigurasi electron berdasarkan aturan, dapat menggambarkan,dan meramalkan posisi atom berdasarkan konfigurasi tersebutserta mengaplikasi untuk menentukan rumus suatu molekul. • Mampu mengkonfigurasi electron berdasarkan teori mekanika kuantum • Mampu menuliskan konfigurasi electron berdasarkan azas aufbau,larangan pauli dak kaidah hund • Mampu menggambarkan konfigurasi electron dari suatu unsure • Mampu meramalkan posisi unsure melalui konfigurasi electron • Mampu menentukan/meramalkan rumus molekul berdasarkan konfigurasi electron Test Pilihan ganda 5,6,8,9,11,13, 14,16, 18,19 Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, maka instrumen tersebut diujicobakan pada siswa kelas XII IPA 1 SMA PAB 8 Saentis yang bukan sampel penelitian. Uji coba instrumen dimaksudkan agar instrumen yang berupa test pilihan ganda harus valid dan reliabilitas sebelum disebarluaskan kepada responden (siswa). Kevaliditasan instrumen, apabila mempunyai validitas tinggi jika butir-butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang valid, maka peneliti akan menguji test melalui analisis butir soal. 3.4. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan One Group Pretest-Postest Design, dimana dalam rancangan ini pada awal penelitian terlebih dahulu dilakukan pengamatan/pengukuran variable terikat, dalam hal ini variable terikatnya adalah siswa. Selanjutnya sampel diberikan perlakuan, dalam hal ini perlakuan yang diberikan adalah dengan menggunakan media komputasi. Setelah pemberian perlakuan maka dilakukan pengamatan atau pengukuran kembali terhadap variable terikat. Dengan demikian akan diperoleh selisih atau perubahan nilai variable terikat. Paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : T1 X T2 Dimana : 3.5. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan One Group Pretest-Postest Design, sehingga prosedur pelaksanaan penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Tahap pertama peneliti menentukan satu kelas dari tiga kelas yang ada dengan cara mengundi untuk dijadikan sampel penelitian. 2. Melakukan pre-test untuk mengukur prestasi belajar siswa (T1) sebelum dilakukan perlakuan. 3. Memberikan perlakuan X (menggunakan media komputasi dalam pembelajaran) di kelas tersebut selama 40 menit. 4. Setelah pemberian perlakuan selesai, selanjutnya melakukan post-test untuk mengukur prestasi belajar (T2). 5. Selanjutnya menganalisa data yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test. 6. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian. 3.6. Tehnik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: 1. Uji Normalitas Dalam penelitian ini, data yang didapat harus berdistribusi normal.maka untuk menguji apakah data tersebut berdistribusi normal dilakukan uji normalitas dengan uji chi kuadrat. Pengujian normalitas data dengan uji chi kuadrat (χ2) dilakukan dengan cara membandingkan kurva baku/standart dengan kurva normal yang terbentuk dari data yang terkumpul. Bila data yang terkumpul tidak berbeda secara signifikan dengan kurva baku/standart maka disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Menguji data sesuai dengan uji χ² dilakukan dengan cara: 1. Menentukan jumlah kelas interval dimana untuk uji χ² jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada kurva normal baku. 2. Menentukan panjang kelas dengan cara : Panjang Kelas (PK) = data terbesar-data terkecil 2 3. Menyusun data kedalam table penolong,dengan format: Interval fo fh (dibulatkan) Fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)2 2 2 Jumlah χ² = fo = frekwensi/jumlah data hasil observasi fh = frekwensi/jumlah data yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan banyaknya data) 4. Membandingkan harga chi kuadrat(χ²) dengan harga chi kuadrat table. Jika chi kuadrat (χ²) < harga chi kuadrat table maka data tersebut berdistribusi normal. 2. Analisis korelasional. Dalam penelitian ini digunakan rumus statistik Regresi Linier Sederhana dan teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan persamaan Regresi Linier sebagai berikut: Y = a + bx Regresi dengan x merupakan variabel bebasnya dan y variabel tak bebasnya dinamakan regresi y atas x. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Brady, E James. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara Clark, jim. (2004). http://www.chem-is-try.org (accessed 19 oktober 2011) Firman, H. (2000). http://www.harryfirman.com. (accessed 20 September 2011) Henderleiter, J. dan Pringle, D.L. (1999). Effects of Context-Based Laboratory Experiments on Attitudes of Analytical Chemistry Students. Journal of Chemical Education. Volume 76 No. 1. Muhyono. (2010). http://ilmuwanmuda.wordpress.com (accessed 19 September 2011) S, Bardiana Dwi (2009). http://kimiadahsyat.blogspot.com (accessed 10 Oktober 2011) Sudarmo, unggul. (2007). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : PT PHIBETA ANEKA GAMA Silitonga, Pasar Maulim. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: FMIPA UNIMED Tarigan, Simson. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Medan : FMIPA UNIMED http://poexpoe.files.wordpress.com/2008/06/struktur-atom1.pdf http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_atom   Lampiran 1 : Instrument Penelitian TEST PILIHAN GANDA PENELITIAN PENGARUH MEDIA KOMPUTASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR ATOM DI SMA I. Petunjuk pengisian test pilihan ganda • Berikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang menurut anda benar. • Lembar soal tidak boleh dicoret. II. Identitas Siswa Nama : Kelas : Waktu : 40 menit 1. Tingkat energi utama atau kulit atom dinyatakan dalam bilangan kuantum… a. Utama c. magnetik b. Azimuth d. spin 2. Bilangan kuantum spin menyatakan… a. Kulit electron b. Sub kulit c. Orbital yang ditempati d. Arah rotasi electron 3. Pernyataan paling tepat untuk sub kulit adalah a. Suatu lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu b. Suatu daerah dalam ruang dengan kebolehjadian menemukan electron c. Sekumpulan orbital dengan tingkat energy yang sama d. Sekumpulan orbital dengan bentuk yang sama 4. Teori atom mekanika gelombang dikemukakan oleh a. Max Plank c. Erwin Schrodinger b. Werner Heisenberg d. Niels Bohr 5. Unsur X mempunyai nomor atom 25 maka konfigurasi elektronnya adalah a. 1s²,2s²,2p6,3s2,3p6,3d54s2 b. 1s²,2s²,2p6,3s2,3p6,4s2,3d4 c. 1s²,2s²,2p6,3s2,3p6,4s1,3d5 d. 1s²,2s²,2p6,3s2,3p5,4s2,3d5 6. Dua electron dalam 1 orbital harus mempunyai spin yang berlawanan. Pernyataan ini sesuai dengan … a. Aturan hund c. larangan pauli b. Aturan aufbau d. azas Heisenberg 7. Electron dengan bilangan kuantum yang tidak dizinkan ialah… a. n = 3 l = 0 m = 0 s = -½ b. n = 3 l = 1 m = 1 s = +½ c. n = 3 l = 2 m = -1 s = +½ d. n = 3 l = 1 m = 2 s = -½ 8. harga bilangan kuantum yang mungkin untuk suatu orbital adalah… a. n = 1 l = 1 m = 1 s = - ½ b. n = 3 l = 2 m = 3 s = -½ c. n = 3 l = 1 m = 2 s = +½ d. n = 2 l = 2 m = 2 s = -½ 9. Unsur Ni 3+ ( Z = 28) memiliki konfigurasi electron a. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p6,3d7,4s2 b. 1s2,2s2,2p6,3s1,3p6,3d8,4s2 c. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p5,3d8,4s2 d. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p6,3d7 10. Gagasan pokok dari teori atom niels bohr adalah tentang… a. Tingkat-tingkat energy dalam atom c. partikel cahaya b. Gelombang partikel d. Orbital 11. Atom X mempunyai konfigurasi electron 1s2,2s2,2p6,3s2 senyawa yang mungkin dibentuk oleh atom ini adalah… a. HX₂ c. CaX b. XCl₂ d. X₂SO₄ 12. Tuliskan kulit valensi dan electron valensi dari konfigurasi electron 1s2,2s2,2p6,3s2,3p6,4s2,3d7 adalah a. Kulit valensi = 4s2 elektron valensi 3d7 b. Kulit valensi = 3d7 elektron valensi 4s2 c. Kulit valensi = 4s2 elektron valensi = 3d6 d. Kulit valensi = 4s1 elektron valensi = 3d7 13. Tentukan letak unsure Ge (Z=32) pada system periodic unsure adalah a. Periode 4 golongan VII A b. Periode 4 golongan V A c. Periode 4 golongan IV A d. Periode 4 golongan VI A 14. Konfigurasi electron dari unsure X dalam orbital sebagai berikut : Di dalam system periodik unsure X terdapat didalam a. Periode 6 golongan IIA b. Periode 3 golongan V A c. Periode 5 golongan V A d. Periode 4 golongan IV A 15. Deret bilangan kuantum mana manakah yang menyatakan kedudukan suatu electron pada sub kulit 3d? a. n = 3 l = 3 m = 0 s = - ½ b. n = 3 l = 2 m = 1 s = -½ c. n = 3 l = 1 m = 2 s = +½ d. n = 3 l = 1 m = -2 s = -½ 16. jumlah maksimum electron pada sub kulit 4P adalah a. 2 c. 10 b. 6 d.14 17. Teori yang menyatakan keberadaan electron dalam suatu atom seperti roti kismis dikemukakan oleh…. a. Jhon Dalton c. E. Ruthurford b. J.J Thomson d. Niels Bohr 18. Unsure Y (Z=17) memiliki konfigurasi…. a. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p4 b. 1s2,2s2,2p5,3s2,3p4 c. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p5 d. 1s2,2s1,2p6,3s2,3p5 19. Letak unsur Z2+ (Z=26) pada system periodic unsur adalah a. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p6,3d4,4s2 b. 1s2,2s2,2p6,3s,3p6,4s2,3d6 c. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p5,4s2,3d7 d. 1s2,2s2,2p6,3s2,3p6,3d6,4s2 20. Tentukan kulit valensi dari unsure J (z = 20) a. 4s1 b. 3d10 c. 3p6 d. 4s2 Lampiran 2 : Kunci Jawaban Instrument Test 1. A 2. D 3. B 4. C 5. A 6. A 7. C 8. C 9. D 10. D 11. B 12. A 13. C 14. B 15. B 16. B 17. B 18. C 19. A 20. D